A. Sejarah
Senyawa Flavonoid
Ilmu
kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang
pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin aromatic.Bahkan,
struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad
ke-19.Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap
sudah usang.Akan tetapi topic-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa itu
terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru.Dengan demikian,
senyawa-senyawa fenol dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam
yang terus berkembang.Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan
tetapi dari segi biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis
utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari
asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari
jalur asetat-malonat.
Ada
juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur
biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida.Tidak ada benda yang begitu
menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan
kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam.Flavin memberikan warna kuning
atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua
warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau.Secara biologis flavonoida
memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh
serangga.Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak
sejenis ulat tertentu.Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang
terbesar yang ditemukan di alam.Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan.Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning
jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang,
bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti
minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat
herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan.Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid
tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia
menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi
tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama,
penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji,
pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur
transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan. Senyawa
flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama
Gyorgy (1936).Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam
askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler
subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh
bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon
juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas
senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi alat komunikasi‟
(molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat
berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang
bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif
(menstimulasi).
II.
Definisi dan Klasifikasi Senyawa
Flavonoid
Flavonoid
merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas.Sekitar
5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan
peran biologi yang sangat beragam.Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan
fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis.Flavonoid banyak
terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan
berpembuluh.Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan
biji.Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan
diubah menjadi flavonoid.Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur
dasar fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6)
yang terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis.Substitusi
gugus kimia pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi
dan glikosilasi.Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon.Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah
diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat.Kebanyakan flavonoid berbentuk
monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan
polimer.
Istilah
flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon,
yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.
Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto
dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3
diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik
yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama.Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae.
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama.Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae.
Masing-masing
jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida
mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida
mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan 6.
Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau
dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan dua di
meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga
memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam senyawa
trisiklis.Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga
jenis struktur senyawa flavonoida, yaitu: 1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana.
III.
Identifikasi flavonoid
Sebagian
besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosidanya, dimana unit
flavonoid terikat pada suatu gula.Glikosida adalah kombinasi antara gula dan
suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya,
ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alcohol beradisi kepada
gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alcohol kepada aldehid yang
dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada
hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya
menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang dihasilkan ini
disebut aglokin.Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosa
tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan
gentiobiosida.Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida
dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh
gula.Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic
seperti eter, benzene, kloroform dan aseton.
Flavonoid
merupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang mempunyai variasi struktur
yang beraneka ragam, namun saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama.
Jalur biosintesis flavonoid dimulai dari pertemuan alur asetat malonat dan alur
sikimat membentuk khalkon, dari bentuk khalkon ini diturunkan menjadi bentuk
lanjut menjadi berbagai bentuk lewat alur antar ubah posisi, dehidrogenasi,
denetilasi dan lain-lain. Kemudian daripada itu menghasilkan bentuk sekunder
dihidrokalkon, flavon, auron, isoflavon (penurunan selanjutnya membentuk
peterokarpon dan rotenoid) dan dehidroflavonol (penurunan selanjutnya antosianidin,
flavonol, epikatekin ) .
Dari
bentuk-bentuk sekunder tersebut akan terjadi nodifikasi lebih lanjut pada
berbagai tahap dan menghasilkan penambahan / pengurangan hidroksilasi,
metilenasi, ortodihidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
dimerisasi, pembentukan bisulfat, dan yang terpenting glikolisasi gugus
hidroksil.
IV . Senyawa Flavonoid Pada Tumbuhan
Flavonoid
sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu,
kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang
melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang,
propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil
biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut,
Penyebaran flavonoid terbatas pada golongan tumbuhan dengan tingkat biovita
atau yang lebih tinggi, golongan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang
asal-usulnya lebih baru dibanding golongan tumbuhan yang tidak mengandung flavonoid
(500 - 3000 juta tahun), segi penting dari penyebaran flavonoid ini adalah
adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara takson berkaitan akan
menghasilkan jenis flavonoid yang serupa. Senyawa antosianin sering dihubungkan
dengan warna bunga tumbuhan.Sianidin umumnya terdapat pada suku Gramineae.
Senyawa
biflavonoid banyak terdapat pada subdivisi Gymnospernae sedang isoflavonoid
pada suku leguminosae.Pada tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti
lumut, paku, dan paku ekor kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida,
flavonol, flavonon, Khalkon, dihidrokhalkon, C-Gl ikosida .Angiospermae
mengandung senyawa flavonoid kompleks yang lebih banyak.
V.
Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid
Flavonoid
merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak
asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut
dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang
terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah
larut dalam air.
Pemisahan senyawa golongan flavonoid
berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai macam pelarut dengan polaritas yang
meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam
eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin
dalam butanol dan amil alkohol.
Oleh karena itu banyak keuntungan
ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.
VI. Isolasi dan Identifikasi
Flavonoid
1. Isolasi Dengan methanol
Terhadap
bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama
dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan
6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan
diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan
ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat
dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil,
santifil dan lain-lain .
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk
tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak
kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu
ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai
kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas.
Fase
air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil.asetat diuapkan sampai
kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air ditambah lagi
pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua
fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol
yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin.
Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen
yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom.Metode
ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat
dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut.
Serbuk
kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh
dipekatkan dibawah tekanan rendah.Ekstrak etano lpekat dilarutkan dalam air
lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan
demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.ldentifikasi
Dengan Reaksi warna
1. Uji WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa
yang mempunyai inti δ benzopiron. Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi Wilstater
adalah sebagai berikut:
- Jingga Daerah untuk golongan flavon.
- Merah krimson untuk golongan fLavonol.
-
Merah tua untuk golongan flavonon.
2. Uji BATE SMITH MATECALVE
Reaksi
warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa leukoantosianin, reaksi
positif jika terjadi warna merah yang intensif atau warna ungu.
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru.Dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk susunan C6-C3-C6.susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa Flavonoid yaitu :
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru.Dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk susunan C6-C3-C6.susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa Flavonoid yaitu :
a. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
b. Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana
c. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol
yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang
terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka
2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat
pada cincin B dari 1.3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga
membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama.Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama.Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.
Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur
dasar tertentu. Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling
yaitu posisi 2,4,6. cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada
posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di
para dan dua di meta.
Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya
sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin
heterosikllis dalam senyawa trisiklis.
Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :
Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :
Cincin A – COCH2CH2 – Cincin B —————————– Hidrokalkon
Cincin A – COCH2CHOH – Cincin B ————————– Flavanon, kalkon
Cincin A – COCH2CO – Cincin B —————————— Flavon
Cincin A – CH2COCO – Cincin B —————————— Antosianin
Cincin A – COCOCH2 – Cincin B ——————————- Auron
Pola biosintesis pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu :
pada tahap tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi
dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2).kerangka C15 yang
dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada
posisi-posisi yang diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari
jalur poliketida, yaitu kondensasidari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan
cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur
fenilpropanoida (jalur shikimat).Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida
dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintes utamadari cincin aromatik
yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat.Sebagai akibat dari berbagai
perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propana
dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti pada ikatan rangkap, gugus
hidroksi, gugus karbonil, dan sebagainya.
Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula.Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal. Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin.Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula.Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton.Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun, buah, akar, batang dan biji dari tumbuh-tumbuhan obat.Bagian tersebut umumnya mengandung senyawa fenol dan polifenol.Polifenol dan turunannya telah lama dikenal memiliki aktivitas antibakteri, antimelanogenesis, antioksidan dan antimutagen.Sebagai antioksidan polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas penyebab peroksidasi lipid yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan makanan, selain itu senyawa antioksidan berfungsi mencegah kerusakan sel dan DNA akibat adanya senyawa radikal bebas.
Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula.Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal. Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin.Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula.Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton.Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun, buah, akar, batang dan biji dari tumbuh-tumbuhan obat.Bagian tersebut umumnya mengandung senyawa fenol dan polifenol.Polifenol dan turunannya telah lama dikenal memiliki aktivitas antibakteri, antimelanogenesis, antioksidan dan antimutagen.Sebagai antioksidan polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas penyebab peroksidasi lipid yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan makanan, selain itu senyawa antioksidan berfungsi mencegah kerusakan sel dan DNA akibat adanya senyawa radikal bebas.
VII. Manfaat Flavonoid
Senyawa flavonoid yang merupakan
salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum dimanfaatkan secara
optimal dan masih digunakan secara terbatas. Hal ini dikarenakan senyawa
flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan
perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan
fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya
rendah. Kestabilan dan kelarutan dapat ditingkatkan dengan cara mengubah
senyawa flavonoid menjadi bentuk glikosida melalui reaksi kimia maupun
enzimatik dengan bantuan enzim transferase.
Senyawa-senyawa flavanoid yang umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Bahkan, berdasarkan penelitian di Jepang, ditemukan molekul isoflavon di dalam tempe. Oleh karena molekul isoflavon bersifat antioksidan maka tempe merupakan sumber pangan yang baik untuk menjaga kesehatan, selain kandungan gizinya tinggi.
Senyawa-senyawa flavanoid yang umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Bahkan, berdasarkan penelitian di Jepang, ditemukan molekul isoflavon di dalam tempe. Oleh karena molekul isoflavon bersifat antioksidan maka tempe merupakan sumber pangan yang baik untuk menjaga kesehatan, selain kandungan gizinya tinggi.
Senyawa-senyawa flavonoid dan
turunannya dari tanaman nangka-nangkaan memiliki fungsi fisiologi tertentu.Ada
dua kategori fungsi fisiologi senyawa flavonoid tanaman nangka-nangkaan
berdasarkan sebarannya di Indonesia.Tanaman nangka-nangkaan yang tumbuh di
Indonesia bagian barat, produksi senyawa flavanoid diduga berfungsi sebagai
bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai antimikroba atau
antibakteri) bagi tanaman.Sedangkan yang tumbuh di Indonesia bagian timur,
produksi senyawa flavanoid berfungsi sebagai alat pertahanan (antivirus).Dengan
menggunakan pendekatan fungsi fisiologi ini, uji biologi artoindonesianin dan
kerabatnya dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan S. Scheller, dkk
yang menguji efektifitas antikanker dari ekstrak etanol propolis (EEP) pada
mencit yang diinduksi dengan ehrlich carcinoma cells menunjukkan, mencit yang
bisa bertahan hidup lebih banyak setelah diberi EEP. Efek antikanker EEP
terhadap Ehrlich Carcinoma cells ini berkaitan dengan kandungan flavonoid pada
propolis. Flavonoid mempengaruhi tahapan metabolisme sel kanker misalnya dengan
cara menghambat penggabungan timidin, uridin, dan leucin dengan sel kanker
tersebut sehingga dapat menghambat sintesis DNA sel kanker. Peranan flavonoid
sebagai antikanker juga diperkuat oleh eksperimen lain yang menggunakan
hidrokarbon aromatic polisiklik sebagai penginduksi kanker. Mekanisme
penghambatan terhadap hidrokarbon aromatic polisiklik berkaitan dengan
penghambatan stimulasi metabolik yang diinduksi oleh hidrokarbon aromatic polisiklik
dan memengaruhi aktivitas beberapa sel promoter.Flavonoid ini merupakan sua tu
zat yang banyak terdapat pada tumbuhan, tetapi dalam propolis berada dalam
bentuk terkonsentrasi.Dengan sistem metabolismenya, lebah membuat flavonoid
dari tumbuhan itu lebih efektif.Jadi lebah seolah-olah menjadi perantara
flavonoid dengan manusia dan hewan. Senyawa flavonoid yang ditemukan pada EEP
antara lain betulinol, quersetin, isovanilin, galangin, isalpinin, kaemferol,
rhamnetin, isohmnetin, pinocembrin, pinostrobin dan pinobaksin. Saat ini
propolis tersedia dalam bentuk tablet, salep, kapsul, krim, dll. Penggunaan
propolis bisa pada orang sehat maupun sakit.Pada orang sehat penggunaan
propolis dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.Sedangkan pada orang
yang sedang sakit penggunaannya bila digabungkan dengan obat sintesis bisa
meningkatkan efeknya misalnya bisa meningkatkan efek penisilin.
VIII.Beberapa senyawa flavonoida
Beberapa senyawa flavonoida yang
ditemukan di alam adalah Flavonol, Flavonon, Khalkon, Flavon, Dihidroflavonol,
Dihidrokhalkon, Auron (Cincin A –COCO CH2 – Cincin
B) dan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu Antosianin.
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan.Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur
aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin
ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan
metilasi.Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa.Karena itu
antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam
asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%)
dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya
didinginkan.Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila
antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara
umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan
delfinidin. Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk
kelompok flavon.Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin.Nama ini
berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru.Senyawa ini
tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari
lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi
dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan
dan 50 persen dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan
antosianin.Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan
merupakan suatu tipe garam flavilium.Warna tertentu yang diberikan oleh suatu
antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan
warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin.
Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol.Dalam cornflower
biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari
salah satu gugus fenolnya.Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator
asam-basa.Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang
merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol,
yang berwarna kuning.
Dalam pengidentifikasian antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun segar atau daun bunga jangan dikeringkan tetapi harus digerus dengan MeOH. Ekstraksi hampir segera terjadi seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang kepolarannya rendah dan yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan, paling baik diisolasi hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama beberapa menit.
Dalam pengidentifikasian antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun segar atau daun bunga jangan dikeringkan tetapi harus digerus dengan MeOH. Ekstraksi hampir segera terjadi seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang kepolarannya rendah dan yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan, paling baik diisolasi hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama beberapa menit.
IX.Sumber
Sebagian besar tumbuhan memiliki kandungan
antosianin terbesar pada bagian buahnya. Sebagian tanaman lain, seperti teh, kakao, serealia, buncis, kubis merah dan petunia juga memiliki kandungan antosinin pada bagian tubuh selain
buah. Anggur merupakan buah yang paling banyak dimanfaatkan sebagai
sumber antosianin karena kandungan pigmen tersebut cuku tinggi di dalam kulit
anggur. Oleh karena itu, kulit anggur sisa industri pembuatan wine sering dikumpulkan kembali untuk
diekstraksi kandungan antosianinnya dengan pelarut yang bersifat asam.
XI.
Stabilitas Antosianin
Antosianin secara umum mempunyai
stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan
zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain
mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam
suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin
lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun
netral.Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat.
Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap
oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain,
jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida
yang mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna.
Warna pigmen antosianin merah, biru,
violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.Dalam
tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan
monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa dan kadang-kadang pentosa).Sewaktu
pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan
gula.Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah
menjadi violet dan kemudian menjadi biru.Pada umumnya, zat-zat warna
distabilkan dengan penambahan larutan buffer yang sesuai.Jika zat warna
tersebut memiliki pH sekitar 4 maka perlu ditambahkan larutan buffer asetat,
demikian pula zat warna yang memiliki pH yang berbeda maka harus dilakukan
penyesuaian larutan buffer.
Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar pigmennya berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral.Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna.Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu.
Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar pigmennya berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral.Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna.Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu.
Adanya tanin akan banyak mengubah
warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman
larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pada pemasakan bit
atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan
penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet tetapi bila ditambahkan cuka
warna akan mejadi merah terang kembali. Tetapi jarang makanan mempunyai pH yang
sangat tinggi.Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang
berwarna abu-abu violet.Karena itu pada pengalengan bahan yang mengandung
antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).
X. Manfaat
ü Bagi
Manusia
Salah satu fungsi antosianin adalah sebagai antioksidan di dalam tubuh
sehingga dapat mencegah terjadinya aterosklerosis,
penyakit penyumbatan pembuluh darah. Antosianin bekerja menghambat proses aterogenesis dengan mengoksidasi lemak
jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein densitas rendah. Kemudian
antosinin juga melindungi integritas sel endotel yang melapisi dinding pembuluh
darah sehingga tidak terjadi kerusakan.Kerusakan sel endotel merupakan awal
mula pembentukan aterosklerosis sehingga harus dihindari.[4]
Selain itu, antosianin juga merelaksasi pembuluh darah untuk mencegah
aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Berbagai manfaat positif
dari antosianin untuk kesehatan manusia adalah untuk melindungi lambung dari
kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi
sebagai senyawa anti-inflamasi
yang melindungi otak
dari kerusakan. Selain itu, beberapa studi juga menyebutkan bahwa senyawa
tersebut mampu mencegah obesitas dan diabetes, meningkatkan kemampuan memori otak dan mencegah
penyakit neurologis, serta menangkal radikal bebas dalam tubuh.
XI.
EKSTRAKSI ANTOSIANIN
Pada buah atau sayuran, pigmen antosianin umumnya
terletak pada sel-sel dekat permukaan.Ekstraksi pigmen antosianin dari bahan
nabati umumnya menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam etanol). HCl dalam
etanol akan mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen
antosianin keluar dari sel. Pigmen antosianin dapat larut dalam etanol karena
sama-sama polar.
Pada penelitian Saati (2002) untuk ekstraksi antosianin
dari bunga pacar air, pelarut yang paling baik digunakan adalah etanol 95
%.Begitu juga dengan penelitian Wijaya (2001) tentang ekstraksi pigmen dari
kulit buah rambutan. Hal ini disebabkan tingkat kepolaran antosianin hampir
sama dengan etanol 95 % sehingga dapat larut dengan baik pada etanol 95 %.
Selain pelarut, menurut Pifferi and Vaccari
(1998), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi antosianin adalah
waktu ekstraksi, pH dan temperatur ekstraksi.
XII. Tumbuhan yang
mengandung antosianin
Salah satu tamanan yang berpotensial sebagai sumber
pigmen antosianin adalah buah senduduk (Melastoma malabathricum L.).Melostoma
berasal dari bahasa Yunani yang artinya mulut hitam. Buah dari senduduk dapat
diklasifikasikan sebagai beri dan ketika masak, buah akan merekah dalam
beberapa bagian, berwarna ungu tua berasa manis sedikit pahit dan memiliki biji
berwama oranye. Buahnya dapat dimakan dan apabila dimakan akan meninggalkan warna
hitam pada lidah Menurut Prohati buah dali senduduk biasanya dijadikan sebagai
pewarna kain. Tanaman lain yang mengandung antosianin adalah buah paprika.
XIII. EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN BUAH PAPRIKA
Timbang
buah paprika sebanyak 50 gr. Buat larutan asam tartarat 0.1% dengan volume 500
ml sebagai larutan pengekstrak (akuades + asam tartarat = 4:1). Buah paprika
dan larutan pengekstrak sebanyak 150 ml dihancurkan dalam blender.Hancuran buah
dipindahkan ke dalam gelas kimia dan sisa larutan pengekstrak (350 ml)
ditambahkan ke dalam hancuran buah.Ekstraksi secara maserasi yaitu mengaduk
campuran buah dan pelarut tersebut dengan pengaduk magnetic pada suhu ruang
selama 24 jam.Hasil yang diperoleh disentrifugasi lalu supernatannya disaring
dengan penyaring vakum.Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor
sehingga diperoleh ekstrak pekat yang siap dianalisis.
Contoh
Sediaan Jad
Afiafit merupakan ramuan herbal yang memadukan beragam herbal berkhasiat sehingga menjadi resep terapi kesehatan alami yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi keluhan kesehatan.
Afiafit mengandung bahan-bahan
antara lain:
ü Habbatussauda (Nigella sativa),
berkhasiat menguatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan daya ingat dan
konsentrasi, meningkatkan bioaktifitas hormon, menetralisasi racun dalam tubuh,
memperbaiki saluran pencernaan dan anti bakteri, serta melancarkan ASI.
ü Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum),
berkhasiat menormalkan tekanan darah, mencegah stroke, anti-oksidan,
anti-radang, menurunkan kadar lemak, kolesterol, gula darah, menyembuhkan
hepatitis, menekan efek samping kemoterapi/radiasi.
ü Madu (Honey), berkhasiat melawan
bakteri dan jamur yang menjadi penyebab beberapa penyakit
ü Temu Mangga (Curcuma mangga),
berkhasiat anti-kanker dan anti-angiogenesis (Trubus 479-Oktober 2009)
ü Temu Putih (Curcuma zedoaria),
berkhasiat anti-kanker dan anti-radang.
ü Pegagan (Cantela asiatica),
berkhasiat membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing,
penurun panas, serta menghentikan pendarahan.
ü Minyak Zaitun (Olive Oil) berkhasiat
melindungi tubuh dari serangan jantung koroner, kenaikan kolesterol darah,
kenaikan tekanan darah, serta diabetes dan obesitas.
Aturan Pakai:
Dosis Awal : 2×1 kapsul/hari
Untuk 3-5 hari pertama Dosis Terapi : 3×3 kapsul/hari
Dosis Pemeliharaan : 3×1 kapsul/hari
Peringatan :
Afiafit tidak dianjurkan untuk ibu
hamil dan menyusui serta anak balita, kecuali atas
Petunjuk dokter.
XIV.
KESIMPULAN
Flavonoid merupakan metabolit
sekunder yang paling beragam dan tersebar luas.Sekitar 5-10% metabolit sekunder
tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat
beragam.Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam salah satunya adalah
antosianin.Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang mencegah radikal bebas
dalam tubuh kita. Contoh sediaan yang berfungsi sebagai antioksidan yaitu
Afiafit .
DAFTAR
PUSTAKA
ü Anonim. 2010. Biflavonoid.
ü Online: http://www.scribd.com/doc/12754372/D090115AHMBifavonoidxxx,
diakses tanggal 30 Oktober 2010.
ü Hernawati. 2010. Perbaikan Kinerja
Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari Tanaman Kedelai.
ü Online: http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/197003311997022%20-%20HERNAWATI/FILE%2012.pdf,
diakses tanggal 30 Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar